Candi Kalasan – Bayangkan sebuah bangunan batu yang berdiri gagah di tengah hamparan sawah Yogyakarta, dengan ukiran-ukiran halus yang memancarkan keagungan masa lalu. Inilah Candi Kalasan—saksi bisu dari sebuah penghormatan spiritual yang tak biasa. Di bangun bukan sekadar untuk menandai kemenangan atau kekuasaan, melainkan untuk memuliakan satu hal yang tak kasat mata: jiwa yang merdeka.
Candi Kalasan tak hanya menyimpan puing-puing sejarah, tetapi juga menyiratkan pesan mendalam tentang penghormatan terhadap kebebasan batin manusia. Di tengah dominasi ajaran dan kekuasaan pada abad ke-8, bangunan ini muncul sebagai monumen penghargaan terhadap sosok perempuan suci, Dewi Tara. Bukan sekadar dewa, tapi simbol keanggunan spiritual dan kebebasan berpikir.
Ukiran yang Berbisik Tentang Keberanian
Lihat lebih dekat pada setiap relief dan ornamen di dinding candi. Ukiran-ukiran halus menggambarkan figur-figur dengan ekspresi lembut, mengisyaratkan damai dan keteguhan jiwa. Bukan wajah perang, bukan lambang dominasi. Candi ini di bangun dengan cinta dan pemujaan terhadap kebebasan spiritual, bukan dengan paksaan kekuasaan.
Dan yang paling mencengangkan—candi ini adalah hasil permintaan para pendeta Buddha dari Wihara Sailendra kepada raja Hindu. Sebuah persilangan toleransi dan penghormatan yang melampaui zaman. Bukankah itu bukti nyata bahwa kebebasan tidak selalu menuntut perlawanan, tetapi bisa hadir lewat penghormatan dan kolaborasi?
Simbol Perlawanan Terhadap Kepatuhan Buta
Dalam dunia yang sering memaksa kita untuk tunduk, Candi Kalasan adalah bentuk perlawanan halus. Ia berdiri sebagai lambang pemikiran yang tidak bisa di belenggu. Mengapa Dewi Tara? Karena ia mewakili kebijaksanaan dan pencerahan. Ia bukan hanya di sembah, tetapi di muliakan sebagai bentuk ideal manusia yang tidak di kungkung oleh dogma, tapi bebas memilih jalan menuju kesadaran.
Bangunan ini bukan sekadar tempat ibadah, ia adalah panggilan untuk bertanya: di mana posisi kita dalam belenggu kehidupan modern? Masihkah kita merdeka secara batin, atau hanya mengikuti arus demi kenyamanan?
Baca juga: https://jogjastreet.com/
Kalasan Hari Ini: Sekadar Destinasi atau Simbol Perlawanan?
Sayangnya, kini Candi Kalasan lebih sering jadi latar belakang foto atau singgahan cepat turis. Jarang ada yang benar-benar menyelami makna keberadaannya. Padahal, di balik diamnya batu-batu tua itu, tersimpan semangat zaman yang pernah mengguncang dunia: bahwa penghormatan terhadap kebebasan adalah bentuk tertinggi dari kemanusiaan.
Bagi siapa pun yang masih percaya pada kebebasan berpikir, Kalasan bukan sekadar candi—ia adalah pengingat keras bahwa kebebasan jiwa harus terus di perjuangkan, bahkan dalam kesunyian.